Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Batasan Ikhlas dan Riya’ dalam Ibadah Menurut Islam

Allah memerintahkan setiap orang muslim untuk bertaqwa, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Dalam menjalankan ibadah kita harus ikhlas untuk dapat diterima ibadahnya oleh Allah. Jika kita tidak ikhlas dalam beribadah maka ibadah kita tidak diterima oleh Allah, walaupun ibadahnya sah.
ibadah
ibadah
Walaupun ikhlas bukan syarat sahnya ibadah, akan tetapi sangat penting agar menjadi ibadah yang di terima oleh Allah. Pengertian ikhlas secara mudah yaitu beribadah karena Allah, bukan karena ingin pamer dan dipuji oleh orang lain. Dan riya’ adalah beribadah dengan disertai dengan keinginan untuk pamer dan dipuji oleh orang lain.

Dalam keterangan sebuah kitab, diterangkan bahwa ikhlas itu ada tiga macamnya dan masing masing mempunyai tingkatannya. Ikhlas dengan tingkat yang paling rendah yaitu beribadah dengan menginginkan keutamaan atau faedah dari ibadah tersebut. Seperti menjalankan salat duha karena mengharapan rezekinya tambah lancar.

Membaca surat waqi’ah dengan mengharapkan rezekinya tambah lancar juga termasuk dalam kategori ikhlas. Tingkatan yang kedua yaitu beribadah karena mengharapkan masuk surga dan takut akan masuk neraka. Tuhan juga menjanjikan kepada kita jika tekun beribadah akan masuk surga, dan sebaliknya jika kita meninggalkan perintahnya maka diancam dengan masuk neraka.

Tingkatan yang paling tinggi yaitu beribadah karena Allah, yaitu tidak masalah jika dalam beribadah, seorang hamba tidak diberi imbalan sama sekali. Bahkan walau tidak dimasukkan surga dan akan dimasukkan neraka, hamba tersebut akan tetap beribadah. Tingkatan ini misalnya seorang Nabi yang pasti akan masuk surga, akan teta ia tetap melakukan ibadah kepada Tuhannya.

Jika kita melihat diri sendiri mungkin kita termasuk dalam tingkatan yang paling bawah atau yang kedua. Tiga hal yang disebutkan di atas adalah berbagai macam tingkatan ikhlas, adapun dalam sebuah ibadah dengan diniatkan selain yang di atas, adalah riya’ atau pamer. “Akan tetapi dalam menjalani ibadah, ulama menerangkan ... Tidak masalah seorang hamba dalam ibadah di awali dengan riya’”.

Kalau kita pikir, seorang hamba lebih baik melakukan ibadah dengan riya’ dibandingkan tidak melakukan ibadah sama sekali. Karena diharapkan walaupun awalnya hamba tersebut melakukan ibadah dengan riya’, akan tetapi lama kelamaan akan menjadi ikhlas. Jadi kita perlu memikirkan dengan bijak dalam melakukan ibadah, tidak kaku dan seimbang.

Dalam keterangan lain ada istilah riya’ khofi atau riya’ yang samar, yaitu ketika seorang beribadah mencari dalam keadaan sepi atau tidak ada orang. Jika ia mau beribadah, kemudian ada seseorang maka ia tidak jadi melakukan ibadahnya. Hal tersebut adalah termasuk riya’ yang samar, oleh karena itu dalam melakukan ibadah tidak perlu dalam keadaan sepi atau tidak ada orang. Demikianlah penjelasan tentang ikhlas dan riya’, semoga bermanfaat bagi para pembaca.